Apakah Madu Efektif Redakan Infeksi Saluran Pernapasan?

August 28, 2020 | Claudia

Madu

Sebuah tinjauan dan meta-analisis baru-baru ini dilakukan untuk melihat apakah madu merupakan pengobatan yang efektif untuk batuk dan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas lainnya. Menurut para ilmuwan dalam jurnal BMJ Evidence-Based Medicine, infeksi saluran pernapasan atas merupakan alasan paling umum bagi seseorang yang mengonsumsi antibiotik.

Padahal, sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh virus, oleh sebab itu, antibiotik tidak dapat membantu. Rhinovirus menyumbang hingga sekitar 80% dari semua infeksi saluran pernapasan.

Jika seseorang yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas akibat virus diberikan antibiotik, bukannya menyembuhkan ini justru bisa menyebabkan resistensi antibiotik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap resistensi antibiotik menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global dan ketahanan pangan. Oleh karena itu, muncul kebutuhan mendesak untuk pengobatan alternatif guna mengatasi infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus.

Biasanya, madu digunakan oleh banyak orang saat dirinya terserang batuk atau pilek. Meski sedemikian populer, nyatanya belum ada bukti ilmiah yang kuat mengenai seberapa efektif madu dalam meredakan gejala batuk dan pilek. Kehadiran tinjauan sistematis terbaru dan meta-analisis mencoba membantu mengisi celah ini melalui penelitian.

Untuk menguji efektivitas madu, tim melakukan penelitian. Mereka memilih studi relevan yang melibatkan manusia dari berbagai kelompok usia. Studi akan membandingkan madu dengan setidaknya satu intervensi lain; tanpa pengobatan, perawatan biasa, atau plasebo.

Dalam analisisnya, tim peneliti mendefinisikan infeksi saluran pernapasan atas sebagai "Infeksi akut pada saluran pernapasan, termasuk batuk akut, pilek, dan penyakit serupa influenza, namun tidak termasuk bronkitis atau infeksi lain yang terjadi pada saluran pernapasan bagian bawah".

Lalu, apakah madu bekerja?

Secara keseluruhan, ada 14 studi yang terkumpul dan relevan, sementara hanya data dari 12 studi yang bisa digabungkan dalam meta-analisis. Di samping analisis data para ilmuwan, tim juga menilai risiko bias dari setiap studi.

YesDok Ads

Hasil meta-analisis umumnya positif, tetapi tidak meyakinkan. Saat mencoba menilai efek madu versus plasebo, tim peneliti menulis:

"Dua dari tiga studi yang membandingkan madu dengan plasebo menunjukkan efek yang menguntungkan dari madu, tetapi secara keseluruhan, kami tidak memiliki dasar bukti yang kuat dari perbandingan madu dengan plasebo yang cocok,"

Namun, jika madu dibandingkan dengan perawatan biasa, hasilnya sedikit lebih jelas. Menurut tim peneliti, "Madu dikaitkan dengan penurunan yang lebih besar secara signifikan pada skor gejala gabungan, frekuensi batuk, dan keparahan batuk."

Para peneliti juga menyimpulkan bahwa, meskipun metode perawatan biasa sangat bervariasi di antara penelitian-penelitian yang masuk meta-analisis, semuanya sama tidak efektifnya.

Ada berbagai faktor yang menghambat kemampuan penelitian untuk menarik kesimpulan yang tegas. Secara keseluruhan, masalahnya bukan pada metode penelitian, melainkan kualitas studi yang tersedia untuk dianalisa oleh tim.

Secara keseluruhan, poin paling jelas dari analisis ini adalah, bahwa kita perlu melihat lebih banyak penelitian sebelum kita dapat mencapai kesimpulan tentang efektivitas madu dalam mengobati infeksi saluran pernapasan atas. Meskipun infeksi saluran pernapasan atas relatif ringan, namun hubungannya dengan pemberian resep antibiotik yang berlebihan membuat madu layak untuk diteliti lebih lanjut.

Selain itu, madu tersedia secara luas, alami, dan aman untuk kebanyakan orang dewasa dan anak-anak yang sudah berusia lebih dari 1 tahun. Jadi, alih-alih terlalu sering mengonsumsi antibiotik, pengobatan pertama dengan madu bisa menjadi pilihan yang baik.

(Foto: runnersworld.com)

YesDok Ads